Jakarta, 07 Februari 2023 (MEBI) – Cofiring Biomassa pada PLTU di Indonesia dimulai sejak bulan Juni 2020 pada PLTU Paiton 1-2, menggunakan sawdust dan woodchip, sekarang cofiring biomasa sudah diimplementasikan pada 36 PLTU PLN, PLTU urutan ke 36 yang mengimplementasikan cofiring biomasa adalah PLTU Sebalang, mulai 21 Desember 2022.
Cofiring biomassa adalah salah satu kegiatan dalam program Green Boster (Penggerak Energi Hijau), yang bisa diartikan top prioritas, paling diharapkan dan diandalkan untuk menambah porsi EBT dalam bauran energi nasional, penambahan kapasitas pembangkit EBT tanpa investasi tanpa harus memikirkan beban atau tidak terkendala dengan kondisi oversuplai yang sedang terjadi sekarang.
Cofiring biomassa sampai sekarang berjalan dengan aturan dari PLN (Perdir PLN No. 4/2022, perbaikan dari PerDir sebelumnya) yang menerapkan 2 skema harga; HPT sesuai harga CIF batubara di PLTU untuk jangka pendek dan Harga Kesepakatan untuk Suplai jangka Panjang. Permen Cofiring yang sekarang masih dalam tahap finalisasi akan memperluas implementasinya dimana Cofiring akan dilaksanakan pada semua PLTU; PLTU PLN, PLTU IPP, PLTU Wilus dan PLTU.
Pencapaian cofiring pada tahun 2023 yang melampaui target cukup membesarkan hati, namun dengan semakin dekatnya implementasi penuh cofiring dengan target suplai sebanyak 10,2 juta pada tahun 2025, menimbulkan banyak pertanyaan karena sampai sekarang belum ada satupun suplai biomasa cofiring jangka panjang. Apakah bisa didapatkan suplai biomasa untuk cofiring?, Mengingat harga biomasa (wood pellet) internasional semakin tinggi, sementara “shifting to biomass” sedang terjadi di berbagai industry di Indonesia. Pasar export menjanjikan harga yang sangat tinggi, sementara pasar domestic non energi juga menawarkan harga lebih tinggi dari harga biomasa untuk cofiring.
Kondisi ideal untuk bisnis cofiring biomassa skala nasional adalah tersedia suplai jangka Panjang dengan harga keekonomian dan tersedia dukungan pendanaan, namun sampai sekarang ini, belum ada suplai jangka panjang. Suplai biomasa jangka panjang hanya mungkin didapat melalui investasi pengembangan Hutan Tanaman Energi (dedicated crops) dan FS ketersediaan biomasa limbah dibeberapa kabupaten PLTU yang kemudian diikat dengan perjanjian suplai yang berkelanjutan. Opsi lainnya adalah suplai jangka Panjang yang mengikat sejumlah perkebunan & PKS sawit untuk suplai biomasa tandan kosong, pelepah dan daun serta batang sawit (replanting).
Cofiring Biomassa dengan “mass & mandatory market” adalah lokomotif pengembangan bisnis biomasa dan energi biomasa di Indonesia untuk pengembangan market lainnya; PLTBM, beragam industri non energi dan Market Export.
Untuk mengetahui perkembangan cofiring biomasa di , kendala suplai dari biomasa limbah, persiapan HTE untuk mensuplai biomasa cofiring, perkembangan pasar Biomasa domestik dan Export, Masyarakat Energi Biomasa Indonesia (MEBI) akan melaksanakan webinar cofiring biomasa pada akhir Februari 2023 ini. (If)